Selasa, 30 September 2008

RUKYATUL HILAL DAN PERBEDAAN PENETAPAN IDUL FITRI

Pada hari Senin, 29 September 2008, setelah melaksanakan sholat Dhuhur berjamaah, tim hisab rukyah Kota Batu bersiap untuk melaksanakan rukyatul hilal di lokasi pangkalan Hellyped Satuan Radar TNI Angkatan Udara Ngliyep Malang. Tim yang terdiri dari dua mobil sebanyak 15 orang tersebut merupakan anggota Badan Hisab Rukyat Kota Batu yang merupakan representasi dari ormas Islam dan pemerhati hisab rukyat di Kota Batu.
Tim Kota Batu sampai di lokasi pada pukul 02.30 WIB dan bergabung dengan panitia dan tim-tim lainnya dari wilayah karesidenan Malang. Bersama dengan panitia, sebagian anggota tim mempersipkan peralatan yang dibutuhkan untuk membantu pengamat dalam menentukan azimut hilal maupun ka'bah.
Setiap pelaksanaan observasi hilal (rukyatul hilal) untuk menentukan masuknya masuknya bulan baru di Ngliyep, panitia menyediakan berbagai alat penunjang antara lain, benang azimut, garis busur, kompas, gawang lokasi, Global Positioning Sistem (GPS), teropong bintang, beberapa set komputer dan LCD.
Setelah berbagai seremoni dan ceramah agama dilaksanakan, panitiapun membimbing pelaksanaan rukyatul hilal yang dimulai dengan membacakan hasil hisab dari berbagai ormas dan muhasib dengan beragam metode dan sumbernya yang otomatis juga dengan berbagai hasil yang berbeda pula, akan tetapi sebagian besar hasil hisab menunjukkan bahwa hilal masih berada di bawah ufuk ketika matahari terbenam di pantai Ngliyep. Hanya saja, sebagaimana biasa di Ngliyep kabut tebal menyelimuti sehingga praktis hilal yang dicari tidak mungkin untuk dilihat dalam kondisi yang demikian meskipun berada di atas ufuk. Yang disayangkan dari panitia, adalah ketika kondisi tersebut muncul (tidak memungkinkan untuk dirukyah karena kabut), panitia malah mengarahkan pandangan pengamat ke arah layar dengan menampilkan animasi proses turunnya hilal dari program komputer, menurut saya itu adalah suatu kesalahan panitia, karena bagaimanapun, panitia harus tetap mengajak kepada perukyat untuk tetap fokus pada lokasi dan obyek yang akan dirukyat sampai batas toleran waktu yang ditetapkan.
Setelah semua proses terlewati dan tidak ada seorangpun dari pengamat yang berjumlah ratusan orang tersebut yang mengaku melihat hilal, seluruh pengamat melaksanakan sholat berjamaah setelah sebelumnya menikmati takjil yang telah disediakan panitia dan kemudian dilanjutkan dengan berbuka puasa.
Tim hisab rukyat Kota Batu pulang dengan keyakinan bahwa tidak ada seorangpun yang melihat hilal dan selanjutnya menunggu keputusan pemerintah dalam hal ini Menteri Agama RI. Di tengah perjalanan berbagai telepon yang masuk kepada hampir semua anggota yang ikut yang isinya hampir semuanya menanyakan hasil rukyatul hilal pada sore tersebut. Bahkan ketika mobil yang kami tumpangi sejenak berhenti di sebuah kios untuk membeli sesuatu, orang-orang yang berada di sekitar kios tersebutpun hampir secara bersamaan menanyakan bagaimana hasil rukyatul hilal tersebut. Kami juga kaget, rupanya istilah rukyatul hilal dan kegiatan rukyatul hilal tersebut sudah banyak dipahami oleh masyarakat, hanya saja mereka mungkin tidak mengalami langsung melihat hilal di suatu lokasi tertentu.
di tengah perjalanan, Ketua rombongan kami yang kebetulan juga selaku Kepala Kantor Departemen Agama Kota Batu tersebut mengadakan kontak langsung dengan orang yang berada di Depag Pusat, menurut informasi, beliau adalah orang yang mengumpulkan informasi tentang rukyatul hilal di seluruh titik rukyat di Indonesia. Dari hasil kontak tersebut diperoleh informasi bahwa dari semua titik rukyat yang ditetapkan oleh pemerintah, tidak satupun ada laporan yanf menyatakan bahwa hilal nampak. Dengan demikian semakin yakinlah kami bahwa kemungkinan bulan Ramadlan 1429 H genap 30 hari (istikmal).
Sesampai di rumah, saya menginformasikan hasil rukyatul hilal tersebut kepada warga di sekitar tempat tinggal saya. Tetapi alangkah kagetnya saya ketika salah seorang warga memberitahu saya bahwa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sudah memastikan bahwa hari raya jatuh pada hari selasa, tanggal 30 September 2008, karena beberapa tempat di Saudi dinyatakan teleh melihat hilal, ditambah lagi setelah saya menyaksikan berita di beberapa media bahwa juga ada beberapa daerah atau kelompok yang berhari raya lebih dahulu dari pemerintah yang menetapkan tanggal 1 Oktober 2008. Padahal saya mengharapkan dan juga memprediksikan bahwa pada tahun ini hari rayanya umat Islam seluruh Indonesia akan seragam. Tetapi harapa hanyalah harapan. Lagi-lagi hari rayanya berbeda.
Sebenarnya saya tidak mempermasalahkan apakah yang dipergunakan rukyah global, wujudul hilal atau imkanur rukyah yang dijdikan pedoman bagi ormas-ormas Islam yang ada, karena memang saya juga yakin bahwa masing-masing mempunyai alasan yang kuat, dan benar tidaknya alasan tersabut hanya Allah SWt Yang Maha Tahu. Hanya saja, sebagai seorang muslim yang menginginkan adanya kebersamaan dan ciri khas sebagai simbol kesatuan kaum muslimin, saya maih tetap menginginkan agar perbedaan yang ada tersebut tidak terlalu ditonjolkan. Akan tetapi, sebagian orang menganggap (mudah-mudahan ini anggapan yang salah) bahwa hal tersebut muncul karena ormas-ormas besar mempertahankan egonya masing-masing, bahkan ada sebagian kelompok masyarakat yang lebarannya dua hari sebelum pemerintah, masyarakatnya tidak tahu menahu dasar perhitungan Kiyai nya, mereka hanya mengikuti Kiyai nya saja.
Cara yang bisa dijadikan solusi adalah semua ormas-ormas maupun kelompok tersebut tunduk pada pemerintah, dalam hal ini adalah Departemen Agama. Biarlah pemerintah yang menetapkannya, masyarakat diharapkan tunduk pada keputusan tersebut, karena taat kepada pemerintah sama halnya dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan taat kepada pemerintah bagi kaum muslimin hukumnya wajib. Janganlah takut bahwa pemerintah salah dalam menentukan sesuatu, karena kesalahan pemerintah akan ditanggung oleh pemerintah sendiri kepada Allah atas kepemimpinannya, sedangkan kaum muslimin tetap akan mendapat pahala dari ibadah-ibadahnya tersebut.
Adapun perbedaan keyakinan dari ormas-ormas yang ada jangan terlalu ditonjolkan, perbedaan tersebut tidak perlu diumumkan kepada masyarakat luas yang menyebabkan kaum muslim pengikutnya terpecah-belah.
Demikian ganjalan dalam diri saya, semoga suatu saat kaum muslimin akan tunduk pada pemerintahnya. Karena itu juga merupakan perintah agama.

Tidak ada komentar:

Anda adalah pengunjung ke :