Selasa, 26 Juli 2016

Membuat aplikasi media player sederhana Part 1

Media Player adalah suatu aplikasi yang biasa kita gunakan untuk mendengarkan musik atau video di computer. Dapatkah kita membuat media player sendiri?
Nah dalam pembahasan kali ini kita akan mencoba membuat aplikasi sederhana windows media player di visual studio 2010 ultimate.
Pertama kita siapkan visual studio 2010 ultimate dahulu.



Pada gambar diatas adalah tampilan awal dari visual studio 2010 ultimate…
Kita klik new project, maka akan ada tampilan seperti gambar di bawah ini :


Kita beri nama dahulu aplikasi kita dengan nama : Media Player kemudian klik pada form dan rubah properties pada sisi kanan Text = Media Player dan ShowIcon = False, maka tampilan awal dari form Media Player sederhana kita sebagaimana gambar berikut.


Untuk menambahkan item media player pada tool box maka kita harus membuka item media playernya terlebih dahulu dengan cara klik menu Tools kemudian klik Choose Toolbox Items dan pilih COM Components kemudian centang pada Windows Media Player dan klik Ok. Maka pada tool box COM Components di tool box windows media player akan muncul Windows Media Player kemudian kita drag ke dalam form.


Setelah itu kita klik pada W indows Media Player dan rubah propertiesnya Dooc = Fill dan URL diisi dengan file yang ada di komputer contoh : G:\0001Aishiteru.mp3.
Maka selesailah pembuatan Media Player  sederhana kita, dan anda dapat melihat tutorialnya dalam video berikut ini :
1. Part1

2. Part2
3. Part3
4. Part4
 Selamat mencoba ...




Kamis, 14 Juli 2016

ISTIWA' A'ZAM

Kementerian Agama dalam websitenya dengan alamat : https://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=382381 menginformasikan bahwa tanggal 15 Juli 2016 akan terjadi peristiwan tahunan dimana matahari berada di atas ka’bah yang dikenal dengan  Istiwa A'zam atau Rashdul Kiblat
Istiwa, dalam bahasa astronomi adalah transit yaitu fenomena saat posisi Matahari melintasi di meridian langit. Dalam penentuan waktu shalat, istiwa digunakan sebagai pertanda masuknya waktu shalat Dhuhur. Setiap hari dalam wilayah Zona Tropis yaitu wilayah sekitar garis Katulistiwa antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS posisi Matahari saat istiwa selalu berubah, terkadang di Utara dan disaat lain di Selatan sepanjang garis Meridian. Hingga pada saat tertentu sebuah tempat akan mengalami peristiwa yang disebut Istiwa A'zam yaitu saat Matahari berada tepat di atas kepala pengamat di lokasi tersebut. Konsepnya sederhana, saat Matahari di atas Ka'bah maka semua bayangan benda tegak akan mengarah ke Ka'bah.
Hal ini bisa difahami sebab akibat gerakan semu Matahari yang disebut sebagai gerak tahunan Matahari. Ini diakibatkan karena selama Bumi beredar mengelilingi Matahari sumbu Bumi miring 66,5˚ terhadap bidang edarnya sehingga selama setahun Matahari terlihat mengalami pergeseran antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS. Pada saat nilai azimuth Matahari sama dengan nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut terjadi Istiwa A'zam yaitu melintasnya Matahari melewati zenit lokasi setempat.
Demikian halnya Ka'bah yang berada pada koordinat 21° 25’ LU dan 39° 50’ BT dalam setahun juga akan mengalami 2 kali peristiwa Istiwa A'zam yaitu setiap tanggal 27/28 Mei sekitar pukul 12.18 waktu setempat dan 15/16 Juli sekitar pukul 12.27 waktu setempat. Jika waktu tersebut dikonversi maka di Indonesia peristiwanya terjadi pada 27/28 Mei pukul 16.27 WIB dan 15/16 Juli pukul 16.18 WIB. Dengan adanya peristiwa Matahari tepat di atas Ka'bah tersebut maka umat Islam yang berada jauh dan berbeda waktu tidak lebih dari 5 atau 6 jam dapat menentukan arah kiblat secara presisi menggunakan teknik bayangan Matahari.
Istiwa A'dhom di antipode (Nadir) Ka'bah dapat digunakan sebagai acuan penentuan arah kiblat secara presisi untuk wilayah yang tidak memungkinkan melakukan penentuan arah kiblat pada 27/28 Mei dan 15/16 Juli. Penentuan arah kiblat menggunakan fenomena ini hanya berlaku untuk tempat-tempat yang pada saat peristiwa Istiwa A'zam dapat secara langsung melihat Matahari. Sementara untuk daerah lain di mana saat itu Matahari sudah terbenam seperti Wilayah Indonesia Timur (WIT) praktis teknik ini tidak dapat digunakan. Maka ada fenomena lain yang dapat digunakan oleh daerah-daerah tersebut sehingga dapat mengetahui arah kiblat secara presisi. Fenomena itu adalah saat Matahari berada tepat di bawah Ka'bah yaitu saat Istiwa A'zam terjadi di titik Nadir (Antipode) Ka'bah yang terjadi pada setiap tanggal 13 Januari dan 28 November.

Mengapa tanggal 27/28 Mei dan 15/16 Juli?

Untuk menjawab pertanyaan ini pertama kita harus mengetahui lintang ka’bah yaitu pada koordinat 21° 25’ LU, setelah itu kita dapat mencari data deklinasi matahari yang mendekati koordinat tersebut. Beberapa software sudah menyediakan data tersebut diantaranya winhisab 2010 Kemenag.


Tabel data matahari tanggal 15 Juli 2016
Sumber : Winhisab 2010

Dari table di atas dapat dilihat bahwa deklinasi matahari tanggal 15 Juli 2016 21° 29’ 01.82’’ LU dan tanggal 16 Juli 2016 21° 99’ 18.91’’ LU, dengan demikian yang lebih mendekati koordinat lintang ka’bah adalah tanggal 15 Juli 2016.

Mengapa pukul 16.27 WIB?

Pada dasarnya Istiwa’ A’zam sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah transitnya matahari disuatu wilayah yaitu fenomena saat posisi Matahari melintasi di meridian langit wilayah tersebut yang ditandai dengan masuknya waktu sholat dhuhur. Pada tanggal 15 Juli perkiraan waktu istiwa daerah Makkah pada pukul 12.27 waktu setempat, sedangkan selisih waktu Makkah dengan WIB adalah 4 jam maka terjadinya Istiwa’ A’zam tersebut tepat pukul 16.27 WIB.

Teknik Penentuan Arah Kiblat menggunakan Istiwa' A'zam :

1. Tentukan lokasi masjid/mushalla/ langgar atau rumah yang akan diluruskan arah kiblatnya.
2. Sediakan tongkat lurus panjang minimal 1 meter. Akan lebih bagus jika menggunakan benang besar yang diberi bandul sehingga tegak benar.
3.   Siapkan jam/arloji yang sudah dicocokkan / dikalibrasi waktunya secara tepat dengan radio/ televisi/ internet/telpon ke 103 atau dapat dilihat pada http://jam.bmkg.go.id/Jam.BMKG.
4. Tentukan lokasi pengukuran; di dalam masjid (diutamakan) atau di sisi Selatan Masjid atau di sisi Utara atau di halaman depan masjid. Yang penting tempat tersebut datar dan masih mendapatkan penyinaran Matahari saat peristiwa Istiwa A'dhom berlangsung.
5.  Pasang tongkat secara tegak dengan bantuan lot tukang (jika menggunakan tongkat) atau pasang benang lengkap dengan bandul serta penyangganya di tempat tersebut.
6.  (Persiapan jangan terlalu mendekati waktu terjadinya fenomena agar tidak terburu-buru)
7. Tunggu sampai saat Istiwa A'zam terjadi dan amatilah bayangan Matahari yang terjadi. Berilah tanda menggunakan spidol, benang, lakban, penggaris atau alat lain yang dapat membuat tanda lurus. Maka itulah arah kiblat yang sebenarnya
8.  Gunakan benang, sambungan pada tegel lantai, atau teknik lain yang dapat meluruskan arah kiblat ini ini ke dalam masjid. Intinya yang hendak kita ukur sebenarnya adalah garis shaff yang posisinya tegak lurus (90°) terhadap arah kiblat. Maka setelah garis arah kiblat kita dapatkan untuk membuat garis shaff dapat dilakukan dengan mengukur arah sikunya dengan bantuan benda-benda yang memiliki sudut siku misalnya lembaran triplek atau kertas karton.
Sebaiknya bukan hanya masjid atau mushalla / langgar saja yang perlu diluruskan arah kiblatnya. Mungkin kiblat di rumah kita sendiri selama ini juga saat kita shalat belum tepat menghadap ke arah yang benar. Sehingga saat peristiwa tersebut ada baiknya kita juga bisa melakukan pelurusan arah kiblat di rumah masing-masing. Semoga cuaca cerah.
Berikut kami tampilkan gambar cara menghitung bayang kiblat suatu tempat dengan excel.


Anda adalah pengunjung ke :